Selasa, 10 September 2013

mukadimah

Pendahuluan
بسم االله الرحمن الرحيم
الحمد لله ذى الفضل والإنعام , والجلال والإكرام , والذى علم بالقلم  , علم الانسان مالم يعلم  , الصلاة والسلام على النبى الامى سيد الأنام , المصطفى رسول الله محمد بن عبد الله صلى الله عليه وسلم , وعلى آله وصحبه الصفوة الكرام. أمابعد .

Syahdan hikayat, konon, pada zaman kalifah Amirul Mukminin Sayyidina Imam Ali bin Abu Talib karramallahu wajhah di Kufah Iraq , penyebaran dan perkembangan agama Islam di  negeri 1001 malam sangat pesat. Pembangnan pokok sendi-sendi kehidupan mulai dikembangkan. Ideologi Islam sebagai dustur pemerintah dalam kekhalifahan. Terutama dalam pendidikan agama Islam dan perkembangannya , negeri ini menjadi pusat utama dalam gerak roda pemerintahan. Pergerakan ekonomi dalam bidang bisnis ekonomi perdangan, menjadi salah satu nadi pasar dunia. Kota Bashrah, Kufah, Baghdad adalah kota yang bersinar keemasan terkenal di seantro dunia sebagai pusat pendidikan pengembangan agama Islam pada saat itu. Kota yang  memiliki tata ruang kota dengan dinamika pertumbuhan ekonomi yang pesat , begitu juga dalam dalam bidang pertanian dan perkebunan. Sebuah negeri dengan pemandangan kota yang dibelah oleh dua aliran sungai bengawan Eufrat dan Tigris, yang mengalir tiada pernah berhenti. Negeri Iraq bagai medan magnet , mengundang hasrat penduduk negeri seberang untuk menaruh harapan. Seakan-akan negeri Babylonia  memberikan keindahan dan kenyamanan penduduk negeri itu. Ragam corak social budaya yang beraneka warna hasil akulturasi dari percampuran berbagai negeri, seperti Persia (Iran), India, Samarkand (Uzbekistan), Rum (Italia) Arab Saudi, Syam (Damaskus), Palestine dan lain sebagainya, menampilkan lahirnya ilmu seni budaya yang luhur bernilai cahaya mutu manikam. Dengan berbagai ras bangsa dalam satu tujuan. Yaitu belajar agama Islam. Sejak khalifah Umar bin Khattab r.a. menaklukkan Kuffah, Bashrah, Baghdad, dan provinsi Babil di Iraq penyebaran dan perkembangan pendidikan al-Qur’an maju pesat. Hingga masa khalifah Imam Ali bin Abi Talib, masa pertumbuhan agama Islam mengalami kejayaan hingga ratusan tahun berikutnya. Bahkan merayap ke seluruh penjuru dunia. Melewati abad 20 menembus abad 21.          
Suatu malam, tatkala gelap gulita, tiada bulan datang menerangi gelapnya langit malam kota Kufah. Gemerlap cahaya bintang bertaburan di langit mengukir pandang cakrawala malam. Seorang gadis diatas atap rumahnya menikmati keindahan malam itu. Hanyut rasa takjub dalam pemandangan malam dan spontan terlahir dalam ungkapan takjub dengan mengatakan :
 قالت : يا ابات ما احسن  السماء ؟
Ia (putrid) berkata : “ Wahai ayahanda, betapa indahnya langit ?”
( ia mengucapkan kata  ما احسنُ   dengan harakat domah pada huruf nun, dan kata  السماءِ dengan harakat kasrah pada huruf hamzah).
فقال : أى بنية نجومها ؟
Kemudian ia (ayah) bertanya:” gugus bintang yang mana ?”

Putrinya menyela
فقالت : يا أبت ما أردت هذا إنما أردت التعجب  من حسهنا
Kemudian ia (putrid) berkata : ” Wahai ayahanda , aku tidak menghendaki yang ini, sesungguhnya aku kagum dari keindahannya

Ayahnya menyarankan  dan berkata :
فقال : قولى ما أحسن السماء وافتحى فاك ؟

Kemudian ia (ayah) berkata :
 dan bukalah mulutmu” ما أحسن السماء  “Katakanlah

Kemudian ia merenung dan berfikir tentang kalimat yang diucapkan putrinya , tentang ungkapan rasa takjub dalam Bahasa Arab.
Konon keluarga ini berasal dari Persia. Sehingga dalam kebiasaan harian  menggunakan  bahasa ‘Ajam (selain bahasa Arab) yaitu bahasa Persia (Urdu) sebagai bahasa ibu dalam keluarga. Sementara pada saat itu negeri Iraq sedang mengalami masa transisi social budaya, termasuk berkembnganya bahasa Arab. Negeri kaya kisah sejarah yang berjuluk 1001 malam ini, adalah bangsa Sumeria, dahulu lebihdikenal dengan nama Babylonia atau negeri Babil.

Beberapa hari kemudian sang ayah masih berfikir tentang ungkapan takjub putrinya dengan menggunakan bahasa Arab pada saat malam itu. Karena memang terdengar ada kejanggalan dalam pelafalannya. Apakah salah atau benar ?  Sang ayahpun hanyut dalam pemikiran itu berhari-hari. Hingga akhirnya diputuskan untuk sowan menghadap Kalifatullah Amirul Mukminin Sayyidina Imam Alibin Abi Talib karramallah. Dalam pisowanan itu ia mencurahkan segala uneg - uneg isi hati dan pemikirannya kepada Amiril Mukminin.
قال   : يا أميرالمؤمنين حدث فى أولادنا ما لم نعرفه.
 
Ia (ayah) berkata (memohon nasehat) : Wahai ya amirul mukminin ceritakanlah dalam (keluargaku kepada) anak-anakku pada sesuatu yang belum kami ketahui .
فقال : هذا بمخالطة العجم العرب

Ia (Imam Ali) berkata : “ Ini (terdapat) dengan percampuran Ajam (non Arab) pada Arab.

Kemudian Amirul Mukminin Sayyidina Imam Ali karramallah memerintahkannya untuk membedakan antara Ajam dan Arab secara spesifik. Beliau menceritakan banyak kisah panjang tentang sejarah agama Islam, Qur’an, Hadith, aqidah, tauhid, akhlaq. hukum, bahasa Arab, dan disiplin ilmu lainnya termasuk sosial budaya peradaban Islam secara panjang lebar. Banyak cerita yang dipetiknya guna dijadikan pelajaran. Sehingga tumbuh ghirrah dalam jiwanya untuk membaktikan diri dalam hasanah disiplin ilmu dan pengetahuan. Dan mulai sejak saat itu ia banyak meluangkan waktu untuk berguru kepada Amiril Mukminin. Hamper tiada waktu yangterbuang dengan sia - sia. Ketekunan , kedisipilinan dan semangat belajar dalam aktifitas mengembangkan ilmu Qur’an Hadith  , membuat Imam Ali sangat perhatian terhadapnya. Bahkan jalinan silaturrahim antara keduanya semakin dekat seperti sanak keluarga. Imam Ali menganggapnya sebagai bagian dari keluarga beliau. Meskipun jalinan hubungan sedemikian dekatnya dengan beliau, namun ia tidak menggunakan aji mumpung.  Tidak mentang - mentang ada hubungan dekat dengan pejabat Amirul Mukminin (sekelas Presiden di zaman sekarang dalam sebuah Negara Republik ) lantas menggunakan barang inventaris Negara dengan semaunya sendiri tanpa adanya laporan tanggung jawab. Ia memiliki karakter pribadi loyalitas ilmiah dan responsibility of law.

Dibawah bimbingan Imam Ali, ia terus menggali ilmu yang bermanfaat . Ia tergolong orang yang cerdas lancar dan cermat dalam menerima setiap pelajaran. Kemudian Ia mengembangkannya. Ia mendesign dalam kerangka fan khusus dan merangkai bagian – bagian dasar sebagai pola pokok guna pengembangan session berikutnya. Dan setelah menjadi design, ia memasukkannya ke dalam pola yang ia rancang. Kemudian membaginya lagi secara rinci dan teliti dalam setiap hipotesa ia kumpulkan di ujung pena dalam ruas lembar lembar catatan. Diantaranya adalah :
أقسام الكلام ثلاثة إسم وفعل وحرف جأ لمعنى .
ِArtinya ; “Bagian-bagian kalam itu ada 3, yaitu : isim , fi’il dan huruf yang dating karena menujukkan arti “.

Kemudian hasil pemikiran itu diajukan kepada Imam Ali untuk dikoreksi. Imam Ali  mensupportnya
فقال  : أنح نحو هذا !
وقال : تتبعه يا أبالأسود , وزد عليه ما وقع لك , واعلم يا أبالأسود , أن الأشياء  ثلاثة ظاهرومضمر ,  شيئ  ليس بظاهرولامضمر , وإنما تفاضل الناس فى معرفة ما ليس  بظاهرولامضمر .

Kemudian Ia (Imam Ali) berkata : “Buatlah contoh  semisal ini “.
Dan Ia) Imam Ali) juga berkata : “ Ikutilah (cara beruntun) wahai ya Abal Aswad, sesungguhnya banyak sesuau itu ada tiga yang terlihat jelas dan tiga yang tersmbunyi, dan sesuatu yang tiada terlihat jelas dan juga tiada yang tersembunyi. Dan sesungguhnya keutamaan manusia dalam pengetahuan sesuatu yang tiada tampak terlihat secara dan dan jelas juga sesuatu yang tidak tersimpan.”        

وقال: فجمعت منها أشياء وعرضتها عليه فكان من ذلك حروف النصب فكان منها أن , وليت , ولعل ,  وكأن ,ولم أذكر لكن .

Ia berkata : “ Kemudian aku mengumpulkan bagian darinya sesuatu yang banyak. Dan menggantinya atas hal itu. Lalu dari bagian sesuatu yang banyak itu ada huruf nasab, maka bagian dari huruf nasab itu ada huruf : أن , وليت , ولعل ,  وكأن  dan aku tidak menuturkan لكن (bagian di dalamnya)”.

فقال: لى لم تركتها , فقلت لم أحسبهامنها , فقال : بل هى منها فزدها.

Lantas beliau (Imam Ali) berkata : “Bagiku aku tidak meninggalkannya (huruf nasab لكن ), lalu aku berkata,aku menghitungnya masuk bagian darinya ( huruf nasab) .


seringkali ia memperhatikan pelajaran dan mengapresiasinya dalam bentuk secara verbal mengembangkan theses dengan mendengar bacaan dari percakapan. Pada suatu ketika, tatkala  ia mendengar seseorang yang sedang membaca al-Qur’an, pada ayat:

أن الله برئ من المسركين ورسوله.

 
Orangitu membacanya dengan jar harakat kasrah. Kemudian ia meletakkan bab ataf dan na’at . Sesungguhnya ia telah benar-benar melakukan pembahasan dengan menjalankan proses disiplin ilmu belajar  tata bahasa Arab, hadith marfu(yaitu:
Riwayat hadith yang diriwayatkan bersandar pada Nabi Muhammad SAW), atsar mauquf (yaitu :  Riwayat hadith yang diriwayatkan bersandar pada sahabat-sahabat Rasulillah SAW). Sebagaian dari riwayat hadith yang diriwayatkan itu adalah sabda Nabi Muhammad SAW :
إن الله لايسمع الدعاء ملحونا والعلماء لايرون الصلاة خلف اللخنة.

Sesungguhnya Allah Ta’alaa tidak mendengar do’a orang yang salah dalam rangkaian tata bahasa, dan orang-orang alim tidak melihat sholat dibelakang orang yang salah dalam tata bahasa.

Riwayat dari Marhabiy dari Abi Ja’far bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Talib bahwasannya ia berkata: bahwa Rasulullah SAW berkata :
اعربوا الكلام كى تعربةا القرأن .

Konon sahabat-sahabat Rasulillah SAW seperti Ibnu Abbasdan Ibnu Umar dalam usaha mendidik putra-putrinya belajar membaca al-Qur’an, memukul anak
anak mereka jika terdapat kesalahan dalam bacaan dan tata bahasa .
 
Di bawah asuhan Imam ‘Ali, ia menyampaikan pelajaran yang diperolehnya. Setelah Imam Ali wafat, ia terus belajar dan mengajar tiada henti. Hingga terlahir dan tumbuh para cendekia Nukhot (Ulama Ahli Nahwu) dalam decade generasinya. Beliau mengantarkan  generasi baru untuk waktu berikutnya. Banyak ‘ulama ahli nahwu memberi gelar sanjungan atas keilmuannya sebagai peletak dasar ilmu nahwu pada zaman tabi’in, yaitu generasi setelah sahabat Nabii Muhammad SAW. Tidak berlebihan jika para ahli sejarah mencatatnya sebagai bapak nahwu. Tersebut dalam kisah-kisah sejarah ahli nahwu , bahwa ayah dari sang putri tersebut bernama Abu ‘l Aswad ad-Du’aliy. Lahir di Bashrah pada zaman jahiliyyah tahun 16 sebelum Hijrah, kemudian pindah ke Kufah dan wafat pada tahun 69 Hijriyah. Masuk agama Islam pada zaman sahabat. Termasuk dari generasi tabi’in. karyanya di bidangIlmu Nahwu, dan yang memberi harakat pada mushaf al-Qur’an.  wallahu a’lam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar