Pendahuluan
بسم االله الرحمن الرحيم
الحمد
لله ذى الفضل والإنعام , والجلال والإكرام , والذى علم بالقلم , علم الانسان مالم يعلم , الصلاة والسلام على النبى الامى سيد الأنام ,
المصطفى رسول الله محمد بن عبد الله صلى الله عليه وسلم , وعلى آله وصحبه الصفوة الكرام.
أمابعد .
Syahdan hikayat, konon,
pada zaman kalifah Amirul Mukminin Sayyidina Imam Ali bin Abu Talib
karramallahu wajhah di Kufah Iraq , penyebaran dan perkembangan agama Islam
di negeri 1001 malam sangat pesat.
Pembangnan pokok sendi-sendi kehidupan mulai dikembangkan. Ideologi Islam
sebagai dustur pemerintah dalam kekhalifahan. Terutama dalam pendidikan agama
Islam dan perkembangannya , negeri ini menjadi pusat utama dalam gerak roda
pemerintahan. Pergerakan ekonomi dalam bidang bisnis ekonomi perdangan, menjadi
salah satu nadi pasar dunia. Kota Bashrah, Kufah, Baghdad adalah kota yang
bersinar keemasan terkenal di seantro dunia sebagai pusat pendidikan
pengembangan agama Islam pada saat itu. Kota yang memiliki tata ruang kota dengan dinamika pertumbuhan
ekonomi yang pesat , begitu juga dalam dalam bidang pertanian dan perkebunan.
Sebuah negeri dengan pemandangan kota yang dibelah oleh dua aliran sungai
bengawan Eufrat dan Tigris, yang mengalir tiada pernah berhenti. Negeri Iraq
bagai medan magnet , mengundang hasrat penduduk negeri seberang untuk menaruh
harapan. Seakan-akan negeri Babylonia
memberikan keindahan dan kenyamanan penduduk negeri itu. Ragam corak
social budaya yang beraneka warna hasil akulturasi dari percampuran berbagai
negeri, seperti Persia (Iran), India, Samarkand (Uzbekistan), Rum
(Italia) Arab Saudi, Syam (Damaskus), Palestine dan lain sebagainya,
menampilkan lahirnya ilmu seni budaya yang luhur bernilai cahaya mutu manikam.
Dengan berbagai ras bangsa dalam satu tujuan. Yaitu belajar agama Islam. Sejak
khalifah Umar bin Khattab r.a. menaklukkan Kuffah, Bashrah, Baghdad, dan
provinsi Babil di Iraq penyebaran dan perkembangan pendidikan al-Qur’an maju
pesat. Hingga masa khalifah Imam Ali bin Abi Talib, masa pertumbuhan agama Islam
mengalami kejayaan hingga ratusan tahun berikutnya. Bahkan merayap ke seluruh
penjuru dunia. Melewati abad 20 menembus abad 21.
Suatu malam, tatkala gelap
gulita, tiada bulan datang menerangi gelapnya langit malam kota Kufah. Gemerlap
cahaya bintang bertaburan di langit mengukir pandang cakrawala malam. Seorang
gadis diatas atap rumahnya menikmati keindahan malam itu. Hanyut rasa takjub
dalam pemandangan malam dan spontan terlahir dalam ungkapan takjub dengan
mengatakan :
قالت : يا ابات ما احسن السماء ؟
Ia (putrid) berkata : “
Wahai ayahanda, betapa indahnya langit ?”
( ia mengucapkan kata ما احسنُ dengan harakat domah pada huruf nun, dan kata السماءِ dengan harakat kasrah pada
huruf hamzah).
فقال
: أى بنية نجومها ؟
Kemudian ia (ayah) bertanya:”
gugus bintang yang mana ?”
Putrinya menyela
فقالت : يا أبت ما أردت هذا إنما أردت التعجب من حسهنا
Kemudian ia (putrid)
berkata : ” Wahai ayahanda , aku tidak menghendaki yang ini, sesungguhnya aku
kagum dari keindahannya
Ayahnya menyarankan dan berkata :
فقال
: قولى ما أحسن السماء وافتحى فاك ؟
Kemudian ia (ayah) berkata :
dan bukalah mulutmu” ما أحسن السماء “Katakanlah
Kemudian ia merenung dan
berfikir tentang kalimat yang diucapkan putrinya , tentang ungkapan rasa takjub
dalam Bahasa Arab.
Konon keluarga ini berasal
dari Persia. Sehingga dalam kebiasaan harian
menggunakan bahasa ‘Ajam
(selain bahasa Arab) yaitu bahasa Persia (Urdu) sebagai bahasa ibu dalam
keluarga. Sementara pada saat itu negeri Iraq sedang mengalami masa transisi social
budaya, termasuk berkembnganya bahasa Arab. Negeri kaya kisah sejarah yang
berjuluk 1001 malam ini, adalah bangsa Sumeria, dahulu lebihdikenal
dengan nama Babylonia atau negeri Babil.
Beberapa hari kemudian sang
ayah masih berfikir tentang ungkapan takjub putrinya dengan menggunakan bahasa
Arab pada saat malam itu. Karena memang terdengar ada kejanggalan dalam
pelafalannya. Apakah salah atau benar ?
Sang ayahpun hanyut dalam pemikiran itu berhari-hari. Hingga akhirnya
diputuskan untuk sowan menghadap Kalifatullah Amirul Mukminin Sayyidina
Imam Alibin Abi Talib karramallah. Dalam pisowanan itu ia mencurahkan
segala uneg - uneg isi hati dan pemikirannya kepada Amiril Mukminin.
قال
: يا أميرالمؤمنين حدث فى أولادنا ما لم
نعرفه.
Ia (ayah) berkata (memohon nasehat) : Wahai ya
amirul mukminin ceritakanlah dalam (keluargaku kepada) anak-anakku pada sesuatu
yang belum kami ketahui .
فقال
: هذا بمخالطة العجم العرب
Ia (Imam Ali) berkata : “
Ini (terdapat) dengan percampuran Ajam (non Arab) pada Arab.
Kemudian Amirul Mukminin
Sayyidina Imam Ali karramallah memerintahkannya untuk membedakan antara Ajam
dan Arab secara spesifik. Beliau menceritakan banyak kisah panjang
tentang sejarah agama Islam, Qur’an, Hadith, aqidah, tauhid, akhlaq. hukum,
bahasa Arab, dan disiplin ilmu lainnya termasuk sosial budaya peradaban Islam
secara panjang lebar. Banyak cerita yang dipetiknya guna dijadikan
pelajaran. Sehingga tumbuh ghirrah dalam jiwanya untuk membaktikan diri
dalam hasanah disiplin ilmu dan pengetahuan. Dan mulai sejak saat itu ia
banyak meluangkan waktu untuk berguru kepada Amiril Mukminin. Hamper tiada
waktu yangterbuang dengan sia - sia. Ketekunan , kedisipilinan dan semangat
belajar dalam aktifitas mengembangkan ilmu Qur’an Hadith , membuat Imam Ali sangat perhatian
terhadapnya. Bahkan jalinan silaturrahim antara keduanya semakin dekat
seperti sanak keluarga. Imam Ali menganggapnya sebagai bagian dari keluarga
beliau. Meskipun jalinan hubungan sedemikian dekatnya dengan beliau, namun ia
tidak menggunakan aji mumpung. Tidak
mentang - mentang ada hubungan dekat dengan pejabat Amirul Mukminin (sekelas
Presiden di zaman sekarang dalam sebuah Negara Republik ) lantas
menggunakan barang inventaris Negara dengan semaunya sendiri tanpa
adanya laporan tanggung jawab. Ia memiliki karakter pribadi loyalitas ilmiah
dan responsibility of law.
Dibawah bimbingan Imam Ali,
ia terus menggali ilmu yang bermanfaat . Ia tergolong orang yang cerdas lancar
dan cermat dalam menerima setiap pelajaran. Kemudian Ia mengembangkannya. Ia
mendesign dalam kerangka fan khusus dan merangkai bagian – bagian dasar
sebagai pola pokok guna pengembangan session berikutnya. Dan setelah
menjadi design, ia memasukkannya ke dalam pola yang ia rancang. Kemudian
membaginya lagi secara rinci dan teliti dalam setiap hipotesa ia
kumpulkan di ujung pena dalam ruas lembar lembar catatan. Diantaranya adalah :
أقسام
الكلام ثلاثة إسم وفعل وحرف جأ لمعنى .
ِArtinya ; “Bagian-bagian kalam itu ada 3, yaitu :
isim , fi’il dan huruf yang dating karena menujukkan arti “.
Kemudian hasil pemikiran
itu diajukan kepada Imam Ali untuk dikoreksi. Imam Ali mensupportnya
فقال : أنح نحو هذا !
وقال
: تتبعه يا أبالأسود , وزد عليه ما وقع لك , واعلم يا أبالأسود , أن الأشياء ثلاثة ظاهرومضمر , شيئ ليس بظاهرولامضمر ,
وإنما تفاضل الناس فى معرفة ما ليس
بظاهرولامضمر .
Kemudian Ia (Imam Ali)
berkata : “Buatlah contoh semisal ini “.
Dan Ia)
Imam Ali) juga berkata : “ Ikutilah (cara beruntun) wahai ya Abal
Aswad, sesungguhnya banyak sesuau itu ada tiga yang terlihat jelas dan tiga
yang tersmbunyi, dan sesuatu yang tiada terlihat jelas dan juga tiada yang
tersembunyi. Dan sesungguhnya keutamaan manusia dalam pengetahuan sesuatu yang
tiada tampak terlihat secara dan dan jelas juga sesuatu yang tidak tersimpan.”
وقال: فجمعت منها أشياء وعرضتها عليه فكان من ذلك حروف النصب فكان
منها أن , وليت , ولعل , وكأن ,ولم أذكر
لكن .
Ia berkata : “ Kemudian aku
mengumpulkan bagian darinya sesuatu yang banyak. Dan menggantinya atas hal itu.
Lalu dari bagian sesuatu yang banyak itu ada huruf nasab, maka bagian
dari huruf nasab itu ada huruf : أن , وليت , ولعل , وكأن dan aku tidak
menuturkan لكن (bagian di dalamnya)”.
فقال: لى لم تركتها , فقلت لم أحسبهامنها
, فقال : بل هى منها فزدها.
Lantas beliau (Imam Ali) berkata : “Bagiku aku tidak
meninggalkannya (huruf nasab لكن ), lalu aku berkata,aku
menghitungnya masuk bagian darinya ( huruf nasab) .
seringkali ia memperhatikan
pelajaran dan mengapresiasinya dalam bentuk secara verbal mengembangkan theses
dengan mendengar bacaan dari percakapan. Pada suatu ketika, tatkala ia mendengar seseorang yang sedang membaca
al-Qur’an, pada ayat:
أن الله برئ من المسركين ورسوله.
Orangitu membacanya dengan
jar harakat kasrah. Kemudian ia meletakkan bab ataf dan na’at . Sesungguhnya ia
telah benar-benar melakukan pembahasan dengan menjalankan proses disiplin ilmu
belajar tata bahasa Arab, hadith
marfu’ (yaitu:
Riwayat hadith yang diriwayatkan
bersandar pada Nabi Muhammad SAW), atsar mauquf (yaitu : Riwayat hadith yang diriwayatkan bersandar
pada sahabat-sahabat Rasulillah SAW). Sebagaian dari riwayat hadith yang
diriwayatkan itu adalah sabda Nabi Muhammad SAW :
إن الله لايسمع الدعاء ملحونا والعلماء لايرون الصلاة خلف اللخنة.
Sesungguhnya Allah Ta’alaa
tidak mendengar do’a orang yang salah dalam rangkaian tata bahasa, dan orang-orang
alim tidak melihat sholat dibelakang orang yang salah dalam tata bahasa.
Riwayat dari Marhabiy dari
Abi Ja’far bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Talib bahwasannya ia berkata:
bahwa Rasulullah SAW berkata :
اعربوا الكلام كى تعربةا القرأن .
Konon sahabat-sahabat
Rasulillah SAW seperti Ibnu Abbasdan Ibnu Umar dalam usaha mendidik
putra-putrinya belajar membaca al-Qur’an, memukul anak
anak mereka jika terdapat
kesalahan dalam bacaan dan tata bahasa .
Di bawah asuhan Imam ‘Ali,
ia menyampaikan pelajaran yang diperolehnya. Setelah Imam Ali wafat, ia terus
belajar dan mengajar tiada henti. Hingga terlahir dan tumbuh para cendekia
Nukhot (Ulama Ahli Nahwu) dalam decade generasinya. Beliau
mengantarkan generasi baru untuk waktu
berikutnya. Banyak ‘ulama ahli nahwu memberi gelar sanjungan atas keilmuannya
sebagai peletak dasar ilmu nahwu pada zaman tabi’in, yaitu generasi setelah
sahabat Nabii Muhammad SAW. Tidak berlebihan jika para ahli sejarah mencatatnya
sebagai bapak nahwu. Tersebut dalam kisah-kisah sejarah ahli nahwu , bahwa ayah
dari sang putri tersebut bernama Abu ‘l Aswad ad-Du’aliy. Lahir di Bashrah pada
zaman jahiliyyah tahun 16 sebelum Hijrah, kemudian pindah ke Kufah dan wafat
pada tahun 69 Hijriyah. Masuk agama Islam pada zaman sahabat. Termasuk dari
generasi tabi’in. karyanya di bidangIlmu Nahwu, dan yang memberi harakat pada
mushaf al-Qur’an. wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar